Vrydag 14 Junie 2013

TANGGUNG JAWAB UNTUK MENJAGA DIRI DAN KELUARGA


Responsible atau tanggung jawab adalah suatu sikap yang komitmen dalam menjaga amanat yang diberikan. Tentunya suatu tanggung jawab atau beban itu sendiri hanya akan diberikan terhadap objek yang memang  objek itu sendiri memiliki potensi atau kapabilitas untuk senantiasa menjaga dan menjalankan tanggung jawabnya tersebut.
                Sebagaimana firman Allah SWT bahwa Dia tidak akan memberikan suatu beban atau tanggung jawab diluar dari kemamppuan manusia selaku hamba-Nya. Demikian sedikit deskripsi atau penggambaran tentang tanggung jawab, selanjutnya mari kita melangkah lebih maju untuk melihat tanggung jawab apa yang dibebankan Allah terhadap manusia.
Berikut ini adalah firman Allah yang menginformasikan tentang tanggung jawab yang dilimpahkan kepada manusia.
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
Ini lah yang merupakan salah satu tanggung jawab atau beban kita selaku manusia untuk menjaga diri kita dari perbuatan maksiat, mungkar nan keji atau dosa-dosa dan ketika kita telah mampu untuk mengkafer diri dari pebuatan-perbuatan dosa tersebut maka kitapun berkewajiban untuk turut menyerukan kepada keluarga, sanak saudara serta kerabat untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan dosa-dosa dan murka Allah.
Sudah pasti dalam perjalannya untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri beserta keluarga tentunya tidaklah mudah, akan selalu ada halangan dan rintangan yang senantiasa menghalang. Namun itu semua bukanlah suatu alasan untuk lepas dari tanggung jawab, karena Allah telah memberikan petunjuk yaitu al-quran agar kita selaku manusia tidak tersesat, kemudian Allah pun telah memberikan figur atau contoh yang baik uswatun hasanah yaitu nabi Muhammad Saw agar kita bisa mengamalkan tanggung jawab sesuai dengan aturan main-Nya.
Segala sesuatu perbuatan pastilah akan selalu ada konsekuensinya, apabila tanggung jawab tersebut dilaksanakan sesuati denga apa yang diperintahakn oleh Allah tentunya syurgalah sebagai balasannya. Namun jika amanah atau tanggung jawab tersebut dilalaikan, malah kita terbuai dengan kehidupan duniawi yang fana adalah nerak sebagai imbalannya, na’udzubillah min dzalik.

Semoaga llah senantiasa memberikan kekuata kepada kita dalam menjalankan tanggung jawab serta diberikan kemudahan dalam setiap menghadapi kesulitan. Dan pada akhirnya kita hanya bisa berdoa robbana atina fidunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabannar.

CITA-CITAKU YANG SEKILAS NGELANTUR


Ketika bebicara cita-cita saya teringat akan adanya pepatah lama yang mengatakan bahwa “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Namun ada sebuah pertanyaan, kenapa citanya harus digantungkan ke langit, kenapa tidak ke gunung, bukit atau benda tinggi yang lainnya??. Baiklah, saya akan mencoba menjawab, tentunya kita semua tau bahwa langit itu melambangkan akan sesuatu  yang tinggi dan luas, sehingga ketika kata langit tersebut dihubungkan dengan suatu cita-cita, keinginan, atau harapan maka itu artinya dalam berkeinginan selayaknya kita memiliki keinginan yang tinggi, istimewa, dan indah terhadap sesuatu yang kita impikan tersebut. Bukankah liryk lagu Bondan Prakoso juga mengatakan “semua itu berawal dari mimpi?”.
Setidaknya ketika keinginan yang tinggi dan ideal itu tidak terealisasi, mungkin kita bisa mendapatkan keinginan ata cita-cita yang tidak jauh dari ekspektasi yang seharusnya. Misanya pada semester pertama kemarin saya memiliki cita-cita jangka pendek untuk mendapatkan IP 3,6 tapi harapan tersebut tidak terealisasi karena pada semester pertama saya hanya bisa mendpatkan IP 3,4. Namun saya tetap bersyukur karena antara IP yang saya cita-citakan tidak jauh dari IP yang saya dapat kanJ.
Dalam perspektif islam dikatakan bahwa Tuhan itu berbuat berdasarkan prasangka hambanya. Dengan demikian mainset atau cara berfikir kita yang positif dalam bercita-cita akan cenderung mengantarkan kita kepada cita-cita tersebut kelak. Dan begitupun sebaliknya, jika mainset kita negatif terhadap cita-cita kita, tentunya hasil yang akan kita peroleh kelak tidak akan jauh dari apa  yang kita pikirkan sebelumnya, yaitu sesuatu yang negatif dan tidak menyenangkan.
Mungkin atas dasar itulah yang menyakinkan saya untuk berani mengatakan bahwa cita-cita jangka  panjang saya kelak ingin menjadi seorang revolusioner yang mampu memberikan perubahan yang positif di negeri tercinta ini. Hmm..., mungkin cita-cita saya tedengar lebay, sedikit aneh karena diluar dari kebanyakan orang-orang dalam bercita-cita, atau mungkin kedengarannya sedikit ekstrime.  Okelah itu hak pembaca untuk berfikir demikian, lagipula kita hari ini hidup di negara demokrasi yang memberikan kebebasan dalam berfikir, berargumentasi dan berekspresi, betul apa betul??.
Baiklah mari kita kembali ke laptop, cita-cita saya yang sedikit lebay itu tentunya dilatar belakangi dari hasil merenung dan membaca lingkingan ataupun kondisi negri pertiwi tercinta ini, bahwa kita tidak bisa menutup mata melihat ketidak adilan yang terjadi, kita tidak bisa menutup telinga atau belaga tuli untuk mendengar bahwa bangsa ini masuk kedalam kategori negara terkorup di dunia, dan kita tidak bisa membohongi perasaan kita yang semakin sesak seolah sedang mendaki ke arah langit dengan kondisi perekonomian yang beraromakan materialisme. Yang mana orang kaya atau para pemilik modal besar akan semakin jaya, sementara si miskin bin kaum marginal akan semakin terpuruk karena menjadi objek eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan mereka yang rakus seperti binatang.
Dimulai dari ranah hukum, masih jelas di memori saya dan mungkin pembaca juga masih ingat jelas ketika seorang nenek tua nan renta difonis hukuman hingga berbulan-bulan hanya karena mencuri tiga biji buah kakao milik pengusaha kaya. Sementara itu para koruptor, seperti halnya Gayus Tambunan yang telah korupsi uang pajak hingga miliaran rupiah. Meskipun telah dihukum penjara namun penjara tersebut layaknya sebuah kamar hotel yang syarak akan fasilitas. Bahkan Gayus bisa jalan-jalan ke Pulau Bali untuk nonton turnamen tenis ketika setatusnya sebagai tahanan negara, luar biasa bukan..?!.
Ironis memang meliha hukum di negeri ini yang tumpul terhadap para pejabat atau orang yang meiliki materi berlimpah, namun hukum tersebut tajam terhadap para kaum bawah dan terkesan teramat tajam sekali.Namun  akankah kita masih menutup mata atau memalingkan penglihatan kita dari kenyataan ini??.
Korupsi seolah virus ganas yang menggerogoti bangsa ini, ketika prilaku korupsi terjadi mulai dari kalangan para pejabat tinggi bahkan hingga ke level yang paling bawah sekalipun yaitu level RT. Entah berapa triliun uang negara yang digondol oleh para koruptor tiap tahunnya, yang jelas-jelas itu adalah uang rakyat dan untuk pembangunan negeri pertiwi ini. Tidak heran ketika salah satu surat kabar di Singapura mengatakan bahwa indonesia adalah “Envilope Country” alias negara amplop. Bagai mana tidak di negara ini segala sesuatu bisa diuangkan dengan berbagai cara.. ckckckck!. Aneh bin ajaib memang, sepertinya negri ini menjadi lahan yang subur bagi para koruptor, berbeda sekali dengan negara Cina yang menghukum mati bagi para pelaku korupsi. Andai saja di indonesia demikian, mungkin bakal ada pemakaman masal bagi para koruptor :D , dan mungkina akan ada TMK alias Taman Makan Koruptor, hahaha...
Setelah penegakan hukum yang tidak adil dan korupsi yang semakin akut, ditambah lagi dengan perekonomian yang carut marut karena dikendalikan oleh kaum kapitalis seakan semakin lengkapnya adonan penderitaan yang dibuat oleh para pemegang kebijakan di tanah nenek moyang ku ini., ampuun DJ.!
ya Allah alangkah suramnya negeri ku ini..!, lantas siapakah yang akan merubah semua ini?. Jawabannya adalah kita, kita para pemuda dan pemudi generasi bangsa yang seharusnya memiliki semangat yang membara untuk suatu perubahan. Karena bagaimanapun Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendirilah yang mau merubahnya.
Itulah cita-cita saya yang ingin menjadi salah satu dari para pejuang dan penggerak perubahan yang lebih baik seperti halnya bapak Sukarno yang telah memproklamirkan NKRI hingga bangsa Indonesia terlepas dari cengkraman imperialisme jaman baheula, meskipun pada akhrinya imperialisme hari ini telah kembali lagi mencengkram bangsa dengan wajah barunya, yaitu globalisasi, inilah nama lain dari imperialisme persi modern. Mungkin inilah momen yang tepat untuk para sukarno-sukarno muda untuk membuat barisan rapih hingga mampu mencerabut akar imperialisme yang tidak berprikemanusiaan.
Semoga tulisan tentang cita-cita saya yang singkat dan sedikit ngalor-ngidul ini bisa bermanfaat dan dapat menginspirasi para pembaca hingga mensimultan untuk take action, atau minimal mulai tersadar dari nina bobo yang panjang lantaran terlalu asyik di zona amannya masing-masing. Merdeka...!
Akhir kata, wasalam wr, wb.


Donderdag 16 Mei 2013

MANUSIA DAN KEADILAN




A.     MAKNA DAN HAKEKAT KEADILAN
Keadilan adalah memberikan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Socrates mengatakan bahwa keadilan tercapai apabila pemerintah mempraktekkan ketentuan hukum atau melaksanakan tugasnya dan rakyat merasakannya.
Plato menilai tercapainya keadilan apabila setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasar yang dianggap cocok bagi orang tersebut, sedangkan tindakan manusia dipandang layak apabila pihak yang sama mendapatkan bagian sama (Aristoteles) Hak merupakan wewenang untuk memiliki, meninggalkan, atau menuntut sesuatu. Materi hak menyangkut individu, namun hak bukan milik perseorangan. Hak seseorang terkait dengan hak orang lain.
Disamping hak, seorang individu juga memiliki berbagai kewajiban, yakni kewajiban terhadap Allah, masyarakat dan diri sendiri. Kewajiban terhadap Allah diwujudkan dalam bentuk memuja dan mengabdi, kewajiban terhadap masyarakat dengan menolong orang lain, sedangkan kewajiban terhadap diri sendiri diwujudkan dengan melakukan perbuatan yang baik.

1.      Teori Keadilan dalam filsafat hukum
Teori-teori Hukum Alam sejak Socretes hingga Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Teori Hukum Alam mengutamakan “the search for justice”.3 Terdapat macam-macam teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil. Teori-teori ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan kemakmuran. Diantara teori-teori itu dapat disebut: teori keadilan Aristoteles dalam bukunya nicomachean ethics dan teori keadilan sosial John Rawl dalam bukunya a theory of justice.
a.      Teori keadilan Aristoteles
Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang, berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan”.
b.      Teori keadilan dalam filsafat hukum Islam
Keadilan ilahiyah: dialektika muktazilah dan asy’ariah
Gagasan Islam tentang keadilan dimulai dari diskursus tentang keadilan ilahiyah, apakah rasio manusia dapat mengetahui baik dan buruk untuk menegakkan keadilan dimuka bumi tanpa bergantung pada wahyu atau sebaliknya manusia itu hanya dapat mengetahui baik dan buruk melalui wahyu (Allah). Pada optik inilah perbedaan-perbedaan teologis di kalangan cendekiawan Islam muncul. Perbedaan-perbedaan tersebut berakar pada dua konsepsi yang bertentangan mengenai tanggung jawab manusia untuk menegakkan keadilan ilahiah, dan perdebatan tentang hal itu melahirkan dua mazhab utama teologi dialektika Islam yaitu: mu`tazilah dan asy`ariyah.
Tesis dasar Mu`tazilah adalah bahwa manusia, sebagai yang bebas, bertanggung jawab di hadapan Allah yang adil. Selanjutnya, baik dan buruk merupakan kategori-kategori rasional yang dapat diketahui melalui nalar – yaitu, tak bergantung pada wahyu. Allah telah menciptakan akal manusia sedemikian rupa sehingga mampu melihat yang baik dan buruk secara obyektif.
Ini merupakan akibat wajar dari tesis pokok mereka bahwa keadilan Allah tergantung pada pengetahuan obyektif tentang baik dan buruk, sebagaimana ditetapkan oleh nalar, apakah sang Pembuat hukum menyatakannya atau tidak. Dengan kata lain, kaum Mu`tazilah menyatakan kemujaraban nalar naluri sebagai sumber pengetahuan etika dan spiritual, dengan demikian menegakkan bentuk obyektivisme rasionalis.
B.      KORELASI ANTARA MANUSIA DAN KEADILAN
Setiap manusia berhak diperlakukan adil dan berlaku adil dengan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Orang yang menuntut hak, tapi lupa kewajiban, tindakannya pasti akan mengarah pada pemerasan, sebaliknya orang yang menjalankan kewajiban, tetapi lupa menuntut hak akan mudah diperbudak oleh orang lain
Keadilan merupakan budaya bangsa Indonesia. Sejak dahulu, manusia meminta keadilan kepada Allah dengan cara berdoa. Pada jaman kerajaan jawa tempo dulu ada budaya “pepe” yang dilakukan oleh rakyat yang meminta keadilan.
Keadilan diekspresikan dengan berbagai cara, misalnya membuat pepatah yang menunjukan adanya tuntutan terhadap perlakuan adil, misalnya pepatah “Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah” Ada yang membuat karya seni yang menyuarakan keadilan, seperti seni musik, prosa dan puisi. Ada yang pula yang menuntut keadilan dengan cara berpuasa sampai mati atau sampai tuntutan keadilannya terpenuhi, menjahit mulut, membakar diri dan sebagainya. *
Keadilan di dalam masyarakat sama dengan asas yang di atasnya didirikan sebuah bangunan sedangkan ihsan sama dengan hiasan sebuah bangunan tersebut dengan cat dan warna-warnanya. Maka kita harus, pertama, membangun asas dulu kemudian baru mengecatnya dan juga memperindahkannya. Apabila bangunan ini telah siap tetapi lemah asasnya maka apakah faedahnya warna dan hiasan itu? Sedangkan apabila asas bangunan itu kukuh, maka tentunya bangunan itu dapat dihuni walaupun belum diperindahkan dan tanpa hiasan. Ada ketikanya satu bangunan itu berlebihan dalam hiasan dan kemewahan lahiriahnya namun asasnya tidak kukuh. Dalam keadaan seperti itu bangunan ini boleh runtuh apabila ditimpa bencana alam seperti hujan lebat.
Selanjutnya, kebaikan, ihsan dan itsar yang pada suatu ketika baik dan bermanfaat serta memiliki keutamaan yang besar di dalam pandangan pelaku kebaikan dan ihsan itu, tetapi pada suatu ketika yang lain tidak baik bagi mereka yang menerima kebaikan dan ihsan tersebut. Ini termasuk yang harus kita perhitungkan sebagaimana kita harus memperhitungkan perhitungan masyarakat. Apabila kita tidak menjaga keseimbangan sosial, dan membiarkan masalah-masalah berjalan tanpa pertimbangan, maka keutamaan moral ini juga kadang-kadang mengakibatkan kemalangan umum dan kehancuran masyarakat. Oleh kerana itu sedekah yang banyak, wakaf-wakaf yang melimpah dan nazar-nazar yang berlebihan akan menjadi seperti banjir yang memporakperandakan masyarakat, ketika ia terbukti mengakibatkan kemalasan orang dan menciptakan masyarakat penganggur yang rusak fikirannya akibat tindakan kebaikan yang berlebih-lebihan itu. Kerugian seperti ini tidak lebih sedikit dari kerugian akibat serangan pasukan tentera musuh yang biadab. Itulah yang dimaksudkan dengan ayat yang mulia yang bermaksud:

Referensi
2.      John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
4.      Teori keadilan menurut perspektif hokum islam

Sondag 28 April 2013

AKU DAN PENDERITAAN




Ketika Penderitaan Sebagai Suatu Proses

Who Am I?
Dulukala aku adalah suatu ketiadaan yang tidak dapat disebut dengan sesuatu apapun, kemudian atas kekuasaan-Nya lah aku tercipta. Melalui sebuh sel spermatozoid, dan mungin ini lah subtansi awal keberadaanku yang dimana aku harus berjuang dengan ribuan bahkan jutaan sel spermatozoid untuk mencApai induk telur.
Ketika pembuahan terjadi aku mengalami beberapa perubahan bentuk sebagaimana firman-Nya “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.(Qs. Al-Mu’minun:14).

Hingga sampailah pada usia 4 bulanku di dalam rahim, ketika itu Rabb Penguasa Alam mengadakan perjanjian dengan ku, dengan sesuatu yang sangat hina ini yang tidak mampu berbuat apa-apa. Kemudian Dia berdialog seraya berfirman “Bukankan aku ini Tuhanmu?”, lalu aku dan setiap jabang bayi yang berada dalam kandungan mejawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”. kesanggupanku atas perjanjian itu mejnjadikan akau sebagai bagian dari orang-orang yang pemberari, karena ini  merupakan ujian fase awal eksistensiku di dunia yaitu dunia rahim untuk menuju dunia yang lebih kompleks dan penuh dengan penderitaan yaitu dunia fana.

I Was Born and Life
Aku sangat bersyukur dan sekaligus bangga dapat terlahir ke dunia yang fana ini, meskipun pada awal kelahirannku diiringi dengan jerit tangis yang melengking-lengking mungkin itu suatu ekspresi atau isyarat ketakutanku akan adanya berbagai penderitaan dan cobaan yang akan dihadapi.
Kemudian aku dirawat dan dibesarkan oleh kasih sayang seorang ibu sebagai manifestasi arohman dan arohimnya Allah Swt kepadaku. Dan akupun belajar, imitating atau meniru segala sesuatu yang ada disekitar ku hingga aku bisa bertutur kata dan berjalan.
Indahnya hidup mulai aku rasa ketika perutku kenyang hingga aku dapat tertawa layaknya bayi kebanyakan yang tidak memiliki beban, namun akupun mulai merasakan sedikit ketidak nyamanan ketika aku lapar atau sakit hingga aku harus menagis dan merasakan penderitaan itu.
Pahit dan manis mulai aku rasakan pada awal kehidupanku, akan tetapi ketika itu aku tetaplah anak kecil yang masih senang bermain, menghabiskan waktu bersama teman sebaya dengan sepak bola, berenang di sungai, mincing danlain sebagainya, dan aku tidak mau ambil pusing dengan apa yang akan terjadi denganku di hari esok.

Life and Infliction (hidup dan cobaan)
Masa kanak-kanak, masa bermain dan berleha-leha telah berlalu, sekarang aku telah dewasa dan mulai merasakan permasalahan hidup yang lebih kompleks karean hari ini aku hidup di era modern yaitu era globalisasi. Dimana budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran mulai meracuni lingkungan dan mengancam rusaknya generasi muda. Obat-obat terlarang, free sex, tauran dan lain sebagainya telah menjadi penyakit masyarakat yang hamper tiapminggunya menjadi topic di setiap media cetak ataupun media masa.
Itu semua adalah tantangan hidup yang harus aku lalui agar jangan sampai terjembab kedalam lembah hitam yang kapan saja bisa malahapku hingga terjerumus sedalam-dalanya. Dan mungkin tidak ada penangkal yang lebih ampuh untuk menghadapi era modern yang syarat akan kemaksiatan kecuali dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Namun aku sadar pasti dalam perjalanannya yaitu untuk mencapai keimanan dan ketaqwaan itu sangatlah sulit, karena syetan senantiasa membisiki aku untuk selalu berbuat kebalikan dari printah Allah. Mungkin ketika aku dalam keadaan kelaparan syetan membisikanku untuk mencuri atau korupsi, dan syetanpun akan membisikanku untuk berbuat zinah ketika dihadapkan denang wanita cantik yang bukan mahrom, dan  lain sebagainya.
Aku tau bahwa syurga Allah itu harganya mahal, dan tidak didapat dengan cara yang mudah, dan pederitaan berupa cobaan dalam beribadah adalah jalan yang harus dilewati untuk mendapatkan syurga-Nya. Sebagaimana firmannya “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”(Qs.Al-Baqarah;214)

Perenungan hidup
Pola pikirkupun sudah jauh berkembang hingga aku dapat menganalisa akan sesuatu yang kaitannya dengan kehidupanku sendiri bahkan orang-orang di sekitarku, terutama tentang era globalisasi ini, mungkin ini terjadi karena semakin intensnya permasalahan yang menghampiri.
Meskipun demikian sejaatinya aku adalah tidak lebih dari seekor binatang yang diberikan akal oleh Rabbul ‘alamin, sebagaimana hadits baginda Rasul, “alinsanu hayawanu natiq”, manusia adalah binatang yang berfikir. Itu artinya perbedaanku dengan binatang tipis sekali, keitka aku tidak menggunakan pikiran maka aku adalah hewan dan mungkin lebih rendah dari hewan itu sendiri.
Oleh karena itu aku mulai merenung, bahwa aku berasal dari suatu ketiadaan yang kemudian hadir di dunia karena-Nya, dengan memiliki bentuk fisik yang baik dibanding denga makhluk yang lain terlebih aku mempunyai akal. Dan apakah semuanya itu hanya digunakan untuk kesenangan semata dan akal hanya digunakan untuk menghindari pendertaan kehidupan dunia semata saja.
Namun Allah telah memberikan jawabanya jauh sekitar 1400 tahun yang lalu. Bahwa aku dan manusia yang lainnya diciptakan oleh Allah tidak lain untuk beribadah kepadanya dengan menjalannya perintah dan menjauhi segala larangannya.

MAR'ATUSHOLIHAH



Pancaran Perhiasan Terindah

 
Allah itu indah
keindahan tercipta kerena-Nya
Dan Dia senantiasa mencintai keindahan
Keindahan yang meliputi langit, bumi, dan diantara keduanya

Cahaya diatas cahaya
adalah indah yang menjelma kedalama rupa cahaya
cahaya yang terang benderang
cahaya yang putih dan suci

Mahasuci Engkau ya Rabbi, yang Maha indah
Cahaya langit dan bumi
Engkau telah diferensiasikan sebagian cahaya-Mu
Engkau telah duplikasikan sebagian dari keindahan-Mu
hingga cahaya dan keindahan-Mu terintegrasi menjadi sebuah perhiasan

adalah bumi ini suatu perhiasan
perhiasan indah di jagat raya galaksi bimasakti
namun sebaik-baiknya keindahan itu adalah amar'atusholihah
pancarn cahaya wajahnya nan indah
mendamaikan hati yang keluh, dan gelisah
dan adalah mar'atusholihah sebaik-baiknya perhiasan dunia.

Maandag 25 Maart 2013

MANUSIA CINTA DAN KASIH




                                         


Disusun Oleh: Nurholis Seha
E-mail: seha.noor22@gmail.com

ABSTRAK

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt., ia diciptakan dari sesuatu yang tidak bernilai yaitu dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam kemudian Allah memberi bentuk dengan sebaik-baiknya bentuk.
Tidak hanya bentuk fisik saja yang bagus, melainkan Allah kemudian mewariskan sifatnya juga kepada manusia yaitu sifat mengasihi dan menyayangi yang dituipkan-Nya melalui ruh yang berasal dari-Nya. Dengan kedua potensi ini diharapkan manusia senantiasa untuk saling mengasihi dan mencintai terhadap sesama dalam tatanan kehidupan berkeluarga atau pun bermasyarakat.
Namun demikian manusia adalah makhluk bebas, dalam artian dia bebas untuk memilih apakah sifat cinta dan kasih akan digunakan untuk kebaikan atau sebaliknya, menjadikan cinta dan kasih itu untuk mendorong keinginan hawa nafsunya.



PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
            Makhluk yang paling sempurna, itulah manusia. Memiliki bentuk fisik yang indah, lain dari pada makhluk yang diciptakan oleh sang Kholik dan satu hal yang sangat istimewa dari manusia itu sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah akal atau pikiran. Disampin Allah telah mewariskan sifat cinta dan kasih-Nya, Dia pun telah memberikan kemampuan untuk berfikir dalam diri manusia alias akal, sehinggak akal atau pikiran ini akan mengantarkan kepada implementasi mencintai dan mengasihi sesuai dengan yang diinginkan oleh sang Penciptanya sehingga tercipta kehidupa yang damai dan setausa.
            Lantas apa yang akan terjadi ketika sifat cinta atau mencintai dan kasih atau mengasihi itu tidak diimbangi dengan akal yang sehat? Yang akan terjadi adalah cinta dan kasihnya hanya akan diberikan terhadap golongan atau kelompoknya saja tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama. Sejarah telah membuktikan bahwa cinta dan kasih yang salah yang tidak dibarengi dengan akal yang sehat telah membawa manusia kedalam suatu keterpurukan, yaitu peperangan. Pada masa rezim Hitler (NAZI), diceritakan bahwa rezim tersebut mengkalim golongan manusia yang terbaik adalah mereka yang  memiliki volume otak besar dan memiliki bola mata biru.
            Atas pengetahuan  yang tidak mendasar itu sehingga manusia atau golongan yang tidak memiliki criteria tersebut dianggpa manusia rendah bahkan pada puncaknya NAZI melakukan tindakan yang ekstrim dengan membatai manusia yang tidak sesuai dengan criteria, atas alasan  yang tidak mendasar. Pernyataan manusia terbaik yang dikemukakan oleh kelompok NAZI mungkin saja sebuah konspirasi untuk tercapai keinginannya. Padahal kita tahu bahwa setiap manusia di hadapan tuhan itu adalah sama, yang membedakannya adalah perbuatannya.
            Itu adalah sebagian contoh kecil dari ribuan bahkan jutaan peristiwa yang pernah terjadi di jaman dahulu yang apabila cinta dan kasih itu tidak ditempatkan pada tempatnya, maka yang akan terjadi adalah suatu bencana.

Perumusan Masalah
1.      Hakikat manusia
2.      Cinta dan kasih
3.      Hubungan antara manusia cinta dan kasih
4.      Kesimpulan


PEMBAHASAN
1.      Hakikat Manusia
a.       Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai Wakil Tuhan  di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja.  Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

b.      Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Meskipun ada teori yang mengatakan manusia hadir dari ketiadaan, melainkan bentuk dari suatu proses evolusi. Sebagai umat yang beragama tentunya kita tidak akan menerima paham tersebut. Hadirnya manusia tidak lepas dari konsept hukum kausalitas (sebab akibat). Manusia ada karena ada yang menciptakan, yaitu Allah Swt. Mengenai penciptaan manusia ada dua porses, yaitu :
1.      Proses azali: merupakan penciptaan manusia secara langsu dari tanah oleh Allah swt. Seperti yang terjadi pada nabi Adam As, ataupun nabi Isa As.
2.      Poses alami: yaitu penciptaan manusia melalui hubungan biologis.

c.       Potensi dasar Manusia
Berikut ini adalah 3 potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia, yaitu :
1.    Jasmani.
Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah, yang kemudian  diberi bentuk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya.
2.    Ruh
Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.    Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan).
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

2.      Cinta dan Kasih
a.      Definisi Cinta
Cinta adalah sebuah Emosi dari Afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek.
Cinta dalam pandangan Al-Quran biasa diilustrasikan dengan kata hubb. Ia berarti benih atau pil atau obat. Artinya, seorang yang sedang dimabuk cinta harus diobati dengan mempertemukannya dengan yang dicintainya. Sedangkan dalam perspektif Al-Ghazali, cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat dengan mengharap ridha Allah.
Menurut Ibnu Arabi, cinta selalu identik dengan ketulusan dan kesucian dari segala sifat, sehingga tidak ada tujuan lain selain keinginan bersama yang dicintai (Allah). Hakikat cinta tertinggi dalam Islam adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta keinginan untuk senantiasa dekat dengan-Nya.
Allah SWT berfirman, “Katakan (wahai Muhammad) jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali-Imron: 31).
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman kelak pada hari kiamat, “Di manakah orang-orang yang bercinta kasih karena keagungan-Ku. Pada hari ini (di Padang Mahsyar) Aku menaunginya dalam naungan-Ku, di saat tiada naungan kecuali naungan-Ku” (HR. Muslim).
Dengan demikian cinta dapat ditafsirkan sebagai suatu perasaan yang mendorong kita untuk melakukan tindakan baik secara pasif (selalu mengingat yang dicintainya) maupun aktif (pengorbanan terhadap yang dicintainya) sehingga akan berdampak pada perasaan takut ketika ditinggalkan (objek yang dicintainya).

b.      Definisi Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan, dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasih.
Kata kasih dalam perspektif islam sedikit berbeda. Dalam al_Qur’and dituliskan bahwa Allah itu Maha pengasih dan Maha penyayang. Maha pengasih_Nya Allah itu berlaku terhadap semua makhluk, tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak mendapatkan rizki dari-Nya, meskipun manusia kufur terhadap Allah, Dia tidak alpa untuk memberinya rizki.
Kasih identik dengan objek yang lemah dan tidak memiliki daya dan upaya, sehingga objek tersebut berhak untuk dikasihi, tapi belum tentu objek tersebut dapat disayangi. Artinya manusia adalah makhluk yang lemah karena tercipta dari tanah yang tidak berharga atau dari sperma yang hina yang tidak mampu untuk berbuat apa-apa kecuali karena Allah telah mengasihi mereka, sehingga manusia bisa bernafas, berjalan, berusaha dan lain-lain. Maka dari itu Allahpun berkata atas begitu banyaknya ni’mat atau kasih yang telah diberikan kepada manusia “maka ni’mat Tuham kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Allah adalah Maha pengasih terhadap manusia, dan Allah adalah Maha penyayang yang hanya berlaku terhadap hambanya saja yang beriman dan bertaqwa. Oleh karena itu pintu tobat dan ampunan-Nya hanya akan diberikan kepada mereka-mereka  yang beriman saja.
Analoginya cukup simpel, jika kita menjadi orang yang mampu kemudia kita melihat atau anak jalanan, tentunya kita merasa kasihan kemudian memberikan uang kepadanya padahal anak jalan tersebut tidak memberikan manfaat kepada kita, dan kita tidak tau apakah uang tersebut akan dimanfaatkan atau malah sebaliknya. Lantas apakah kita akan serta merta menyangi anak jalanan tersebut? Tentu saja tidak, rasa sayang itu muncul ketika seseorang melakukan hal yang sesuai denga ekspektasi kita.
3.      Hubungan antara manusia dan cinta kasih
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwasannya kasih dan cinta adalah anugrah yang diberikan oleh Allah kepada manusia, dan itu semua fitrah manusia yang terlahir ke dunia. Adanya manusia bukanlah tanpa tujuan, Allah menciptakan manusia tidak untuk main-main. Dia mengatakan bahwa tujuannya diciptakan manusia tidak lain adalah hanya untuk beribadah kepadanya. Oleh karena itu perasaan kasih dan perasaan cinta harus diimplementasikan dalam bingkai ibadah kepada Allah.
Cinta dan kasih ada pada setiap diri manusia, dan ketika keduanya direfleksikan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat maka akan tercipta hubungan saling tolong menolong, behu-membahu, dan semangat gotong-royong. Orang kaya akan membantu orang miskin, orang yang pintar akan mengajari orang yang belum berpengetahuan, seorang pimpinan akan senantiasa mengayomi masyarkatnya dengan berlaku adil.
Meskipun cinta dan kasih akan menciptakan solidaritas atau pembelaan terhadap sesama, tetap saja akan bernilai salah jika tidak di bimbing oleh tuntunan wahyu atau al-kitab. Zabur, Taurat, Injil, dan al_Qur’an adalah kontrol atau aturan main untuk mengimplementasikan cinta dan kasih yang benar, supaya dapat bernilai ibadah di hadapan Allah.
Contoh kasus, seperti halnya kaum homoseksual atau lesbian, mereka memiliki solidaritas yang baik, saling mencintai dan mengasihi tehadap sesamanya sehingga memperjuangkan haknya untuk dapat hidup bebas layaknya manusia normal, dengan dalih “semua manusia memiliki hak yang sama, hak untuk mengasihi dan menyangi, dan hak untuk bebas memilih jalan hidup”. Sekilas terlihat bahwa yang mereka perjuangkan tidak ada yang salah, toh manusia bebas untuk mencintai dan mengasihi sehingga ia berhak untuk memperjuangkannya. Namum ini tetap saja salah dan tidak dibenarkan karena bersebrangan dengan nilai-nilai agama yang tertulis dalam kitab suci, bahwa lesbi dan homo itu adalah perbuatan dosa dan akan mendatangkan azab sebagaimana yang telah terjadi pada zaman nabi Luth.
Contoh hubungan manusia, cinta, dan kasih yang tidak relefan telah penulis uraikan pada bagian pendahuluan, yaitu pada masa rezim Nazi dibawah kepemimpinan Adholf Hitler, yang mana ribuan jiwa melayang akibat cinta dan kasih yang salah kaprah.
Lantas seperti apakah hubungan manusia, cinta dan kasih yang dibenarkan dan tidak bersebrangan dengan norma-norma agama?. Dalam perspektif idiologi islam hubungan cinta dan kasih itu terbagi menjadi dua, yaitu:
1.      Hubungan vertical: adalah hubuungan antara manusia dengan Allah atau disebut dengan hablum minallah. Beriman kepada Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya. Yaitu melaksanakan rukun iman dan islam.
2.      Hubungan Horizontal: adalah hubungan dengan sesama manusia atau disebut dengan ahbulum minannas. Hubungan kasih dan sayayang dengan sesama manusia itu identik dengan kehidupan sosial dalam bermasyarakat, seperti halnya jual beli, musyawarah untuk mencapai suatu mufakat, pernikahan, menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua, yang mana prilaku ini lah yang disebut dengan amal sholeh.

4.      Kesimpulan
Manusia, cinta dan kasih adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan mengimplementasikan cinta dan kasih terhadap sesama atas dasar perintah sang Pencipta merupakan pintu untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
Namun ketika cinta dan kasih itu disalah artikan dan tidak disadari oleh agama, maka yang akan terjadi adalah kerugian, baik terhadap diri sendiri bahkan orang banyak.
Cinta itu berasal dari Allah, maka sudah sepatutnya kita mencintai apapun kecuali karena kecintaan kita kepada-Nya.. demikian artikel ini penulis sajikan, semoga bermanfaat dan kebenaran berasal hanya dari Allah, kesalahan kecuali dari penulis sendiri. Wassalam.

REFERENSI
1.      Al_Qur’an
2.      Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan  Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan Agama Islam UNM.
3.      Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UNM.
5.      "http://id.wikipedia.org/wiki/Emosi