Ketika
bebicara cita-cita saya teringat akan adanya pepatah lama yang mengatakan bahwa
“gantungkanlah cita-citamu setinggi
langit”. Namun ada sebuah pertanyaan, kenapa citanya harus digantungkan ke
langit, kenapa tidak ke gunung, bukit atau benda tinggi yang lainnya??.
Baiklah, saya akan mencoba menjawab, tentunya kita semua tau bahwa langit itu
melambangkan akan sesuatu yang tinggi
dan luas, sehingga ketika kata langit tersebut dihubungkan dengan suatu
cita-cita, keinginan, atau harapan maka itu artinya dalam berkeinginan
selayaknya kita memiliki keinginan yang tinggi, istimewa, dan indah terhadap
sesuatu yang kita impikan tersebut. Bukankah liryk lagu Bondan Prakoso juga
mengatakan “semua itu berawal dari mimpi?”.
Setidaknya
ketika keinginan yang tinggi dan ideal itu tidak terealisasi, mungkin kita bisa
mendapatkan keinginan ata cita-cita yang tidak jauh dari ekspektasi yang
seharusnya. Misanya pada semester pertama kemarin saya memiliki cita-cita
jangka pendek untuk mendapatkan IP 3,6 tapi harapan tersebut tidak terealisasi
karena pada semester pertama saya hanya bisa mendpatkan IP 3,4. Namun saya
tetap bersyukur karena antara IP yang saya cita-citakan tidak jauh dari IP yang
saya dapat kanJ.
Dalam
perspektif islam dikatakan bahwa Tuhan itu berbuat berdasarkan prasangka
hambanya. Dengan demikian mainset atau cara berfikir kita yang positif dalam
bercita-cita akan cenderung mengantarkan kita kepada cita-cita tersebut kelak.
Dan begitupun sebaliknya, jika mainset kita negatif terhadap cita-cita kita,
tentunya hasil yang akan kita peroleh kelak tidak akan jauh dari apa yang kita pikirkan sebelumnya, yaitu sesuatu
yang negatif dan tidak menyenangkan.
Mungkin atas
dasar itulah yang menyakinkan saya untuk berani mengatakan bahwa cita-cita
jangka panjang saya kelak ingin menjadi
seorang revolusioner yang mampu
memberikan perubahan yang positif di negeri tercinta ini. Hmm..., mungkin
cita-cita saya tedengar lebay, sedikit aneh karena diluar dari kebanyakan
orang-orang dalam bercita-cita, atau mungkin kedengarannya sedikit
ekstrime. Okelah itu hak pembaca untuk
berfikir demikian, lagipula kita hari ini hidup di negara demokrasi yang
memberikan kebebasan dalam berfikir, berargumentasi dan berekspresi, betul apa
betul??.
Baiklah mari
kita kembali ke laptop, cita-cita saya yang sedikit lebay itu tentunya dilatar
belakangi dari hasil merenung dan membaca lingkingan ataupun kondisi negri
pertiwi tercinta ini, bahwa kita tidak bisa menutup mata melihat ketidak adilan
yang terjadi, kita tidak bisa menutup telinga atau belaga tuli untuk mendengar
bahwa bangsa ini masuk kedalam kategori negara terkorup di dunia, dan kita
tidak bisa membohongi perasaan kita yang semakin sesak seolah sedang mendaki ke
arah langit dengan kondisi perekonomian yang beraromakan materialisme. Yang
mana orang kaya atau para pemilik modal besar akan semakin jaya, sementara si
miskin bin kaum marginal akan semakin terpuruk karena menjadi objek eksploitasi
untuk memenuhi kebutuhan mereka yang rakus seperti binatang.
Dimulai dari
ranah hukum, masih jelas di memori saya dan mungkin pembaca juga masih ingat
jelas ketika seorang nenek tua nan renta difonis hukuman hingga berbulan-bulan
hanya karena mencuri tiga biji buah kakao milik pengusaha kaya. Sementara itu
para koruptor, seperti halnya Gayus Tambunan yang telah korupsi uang pajak
hingga miliaran rupiah. Meskipun telah dihukum penjara namun penjara tersebut
layaknya sebuah kamar hotel yang syarak akan fasilitas. Bahkan Gayus bisa
jalan-jalan ke Pulau Bali untuk nonton turnamen tenis ketika setatusnya sebagai
tahanan negara, luar biasa bukan..?!.
Ironis memang
meliha hukum di negeri ini yang tumpul terhadap para pejabat atau orang yang
meiliki materi berlimpah, namun hukum tersebut tajam terhadap para kaum bawah
dan terkesan teramat tajam sekali.Namun akankah kita masih menutup mata atau
memalingkan penglihatan kita dari kenyataan ini??.
Korupsi seolah
virus ganas yang menggerogoti bangsa ini, ketika prilaku korupsi terjadi mulai
dari kalangan para pejabat tinggi bahkan hingga ke level yang paling bawah
sekalipun yaitu level RT. Entah berapa triliun uang negara yang digondol oleh
para koruptor tiap tahunnya, yang jelas-jelas itu adalah uang rakyat dan untuk
pembangunan negeri pertiwi ini. Tidak heran ketika salah satu surat kabar di
Singapura mengatakan bahwa indonesia adalah “Envilope Country” alias negara
amplop. Bagai mana tidak di negara ini segala sesuatu bisa diuangkan dengan
berbagai cara.. ckckckck!. Aneh bin ajaib memang, sepertinya negri ini menjadi
lahan yang subur bagi para koruptor, berbeda sekali dengan negara Cina yang
menghukum mati bagi para pelaku korupsi. Andai saja di indonesia demikian,
mungkin bakal ada pemakaman masal bagi para koruptor :D , dan mungkina akan ada
TMK alias Taman Makan Koruptor, hahaha...
Setelah
penegakan hukum yang tidak adil dan korupsi yang semakin akut, ditambah lagi
dengan perekonomian yang carut marut karena dikendalikan oleh kaum kapitalis
seakan semakin lengkapnya adonan penderitaan yang dibuat oleh para pemegang
kebijakan di tanah nenek moyang ku ini., ampuun DJ.!
ya Allah
alangkah suramnya negeri ku ini..!, lantas siapakah yang akan merubah semua
ini?. Jawabannya adalah kita, kita para pemuda dan pemudi generasi bangsa yang
seharusnya memiliki semangat yang membara untuk suatu perubahan. Karena
bagaimanapun Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu
sendirilah yang mau merubahnya.
Itulah
cita-cita saya yang ingin menjadi salah satu dari para pejuang dan penggerak
perubahan yang lebih baik seperti halnya bapak Sukarno yang telah
memproklamirkan NKRI hingga bangsa Indonesia terlepas dari cengkraman
imperialisme jaman baheula, meskipun pada akhrinya imperialisme hari ini telah
kembali lagi mencengkram bangsa dengan wajah barunya, yaitu globalisasi, inilah
nama lain dari imperialisme persi modern. Mungkin inilah momen yang tepat untuk
para sukarno-sukarno muda untuk membuat barisan rapih hingga mampu mencerabut
akar imperialisme yang tidak berprikemanusiaan.
Semoga tulisan
tentang cita-cita saya yang singkat dan sedikit ngalor-ngidul ini bisa
bermanfaat dan dapat menginspirasi para pembaca hingga mensimultan untuk take
action, atau minimal mulai tersadar dari nina bobo yang panjang lantaran
terlalu asyik di zona amannya masing-masing. Merdeka...!
Akhir kata, wasalam wr, wb.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking