Vrydag 14 Junie 2013

CITA-CITAKU YANG SEKILAS NGELANTUR


Ketika bebicara cita-cita saya teringat akan adanya pepatah lama yang mengatakan bahwa “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Namun ada sebuah pertanyaan, kenapa citanya harus digantungkan ke langit, kenapa tidak ke gunung, bukit atau benda tinggi yang lainnya??. Baiklah, saya akan mencoba menjawab, tentunya kita semua tau bahwa langit itu melambangkan akan sesuatu  yang tinggi dan luas, sehingga ketika kata langit tersebut dihubungkan dengan suatu cita-cita, keinginan, atau harapan maka itu artinya dalam berkeinginan selayaknya kita memiliki keinginan yang tinggi, istimewa, dan indah terhadap sesuatu yang kita impikan tersebut. Bukankah liryk lagu Bondan Prakoso juga mengatakan “semua itu berawal dari mimpi?”.
Setidaknya ketika keinginan yang tinggi dan ideal itu tidak terealisasi, mungkin kita bisa mendapatkan keinginan ata cita-cita yang tidak jauh dari ekspektasi yang seharusnya. Misanya pada semester pertama kemarin saya memiliki cita-cita jangka pendek untuk mendapatkan IP 3,6 tapi harapan tersebut tidak terealisasi karena pada semester pertama saya hanya bisa mendpatkan IP 3,4. Namun saya tetap bersyukur karena antara IP yang saya cita-citakan tidak jauh dari IP yang saya dapat kanJ.
Dalam perspektif islam dikatakan bahwa Tuhan itu berbuat berdasarkan prasangka hambanya. Dengan demikian mainset atau cara berfikir kita yang positif dalam bercita-cita akan cenderung mengantarkan kita kepada cita-cita tersebut kelak. Dan begitupun sebaliknya, jika mainset kita negatif terhadap cita-cita kita, tentunya hasil yang akan kita peroleh kelak tidak akan jauh dari apa  yang kita pikirkan sebelumnya, yaitu sesuatu yang negatif dan tidak menyenangkan.
Mungkin atas dasar itulah yang menyakinkan saya untuk berani mengatakan bahwa cita-cita jangka  panjang saya kelak ingin menjadi seorang revolusioner yang mampu memberikan perubahan yang positif di negeri tercinta ini. Hmm..., mungkin cita-cita saya tedengar lebay, sedikit aneh karena diluar dari kebanyakan orang-orang dalam bercita-cita, atau mungkin kedengarannya sedikit ekstrime.  Okelah itu hak pembaca untuk berfikir demikian, lagipula kita hari ini hidup di negara demokrasi yang memberikan kebebasan dalam berfikir, berargumentasi dan berekspresi, betul apa betul??.
Baiklah mari kita kembali ke laptop, cita-cita saya yang sedikit lebay itu tentunya dilatar belakangi dari hasil merenung dan membaca lingkingan ataupun kondisi negri pertiwi tercinta ini, bahwa kita tidak bisa menutup mata melihat ketidak adilan yang terjadi, kita tidak bisa menutup telinga atau belaga tuli untuk mendengar bahwa bangsa ini masuk kedalam kategori negara terkorup di dunia, dan kita tidak bisa membohongi perasaan kita yang semakin sesak seolah sedang mendaki ke arah langit dengan kondisi perekonomian yang beraromakan materialisme. Yang mana orang kaya atau para pemilik modal besar akan semakin jaya, sementara si miskin bin kaum marginal akan semakin terpuruk karena menjadi objek eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan mereka yang rakus seperti binatang.
Dimulai dari ranah hukum, masih jelas di memori saya dan mungkin pembaca juga masih ingat jelas ketika seorang nenek tua nan renta difonis hukuman hingga berbulan-bulan hanya karena mencuri tiga biji buah kakao milik pengusaha kaya. Sementara itu para koruptor, seperti halnya Gayus Tambunan yang telah korupsi uang pajak hingga miliaran rupiah. Meskipun telah dihukum penjara namun penjara tersebut layaknya sebuah kamar hotel yang syarak akan fasilitas. Bahkan Gayus bisa jalan-jalan ke Pulau Bali untuk nonton turnamen tenis ketika setatusnya sebagai tahanan negara, luar biasa bukan..?!.
Ironis memang meliha hukum di negeri ini yang tumpul terhadap para pejabat atau orang yang meiliki materi berlimpah, namun hukum tersebut tajam terhadap para kaum bawah dan terkesan teramat tajam sekali.Namun  akankah kita masih menutup mata atau memalingkan penglihatan kita dari kenyataan ini??.
Korupsi seolah virus ganas yang menggerogoti bangsa ini, ketika prilaku korupsi terjadi mulai dari kalangan para pejabat tinggi bahkan hingga ke level yang paling bawah sekalipun yaitu level RT. Entah berapa triliun uang negara yang digondol oleh para koruptor tiap tahunnya, yang jelas-jelas itu adalah uang rakyat dan untuk pembangunan negeri pertiwi ini. Tidak heran ketika salah satu surat kabar di Singapura mengatakan bahwa indonesia adalah “Envilope Country” alias negara amplop. Bagai mana tidak di negara ini segala sesuatu bisa diuangkan dengan berbagai cara.. ckckckck!. Aneh bin ajaib memang, sepertinya negri ini menjadi lahan yang subur bagi para koruptor, berbeda sekali dengan negara Cina yang menghukum mati bagi para pelaku korupsi. Andai saja di indonesia demikian, mungkin bakal ada pemakaman masal bagi para koruptor :D , dan mungkina akan ada TMK alias Taman Makan Koruptor, hahaha...
Setelah penegakan hukum yang tidak adil dan korupsi yang semakin akut, ditambah lagi dengan perekonomian yang carut marut karena dikendalikan oleh kaum kapitalis seakan semakin lengkapnya adonan penderitaan yang dibuat oleh para pemegang kebijakan di tanah nenek moyang ku ini., ampuun DJ.!
ya Allah alangkah suramnya negeri ku ini..!, lantas siapakah yang akan merubah semua ini?. Jawabannya adalah kita, kita para pemuda dan pemudi generasi bangsa yang seharusnya memiliki semangat yang membara untuk suatu perubahan. Karena bagaimanapun Tuhan tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendirilah yang mau merubahnya.
Itulah cita-cita saya yang ingin menjadi salah satu dari para pejuang dan penggerak perubahan yang lebih baik seperti halnya bapak Sukarno yang telah memproklamirkan NKRI hingga bangsa Indonesia terlepas dari cengkraman imperialisme jaman baheula, meskipun pada akhrinya imperialisme hari ini telah kembali lagi mencengkram bangsa dengan wajah barunya, yaitu globalisasi, inilah nama lain dari imperialisme persi modern. Mungkin inilah momen yang tepat untuk para sukarno-sukarno muda untuk membuat barisan rapih hingga mampu mencerabut akar imperialisme yang tidak berprikemanusiaan.
Semoga tulisan tentang cita-cita saya yang singkat dan sedikit ngalor-ngidul ini bisa bermanfaat dan dapat menginspirasi para pembaca hingga mensimultan untuk take action, atau minimal mulai tersadar dari nina bobo yang panjang lantaran terlalu asyik di zona amannya masing-masing. Merdeka...!
Akhir kata, wasalam wr, wb.


Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking