Sondag 28 April 2013

AKU DAN PENDERITAAN




Ketika Penderitaan Sebagai Suatu Proses

Who Am I?
Dulukala aku adalah suatu ketiadaan yang tidak dapat disebut dengan sesuatu apapun, kemudian atas kekuasaan-Nya lah aku tercipta. Melalui sebuh sel spermatozoid, dan mungin ini lah subtansi awal keberadaanku yang dimana aku harus berjuang dengan ribuan bahkan jutaan sel spermatozoid untuk mencApai induk telur.
Ketika pembuahan terjadi aku mengalami beberapa perubahan bentuk sebagaimana firman-Nya “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.(Qs. Al-Mu’minun:14).

Hingga sampailah pada usia 4 bulanku di dalam rahim, ketika itu Rabb Penguasa Alam mengadakan perjanjian dengan ku, dengan sesuatu yang sangat hina ini yang tidak mampu berbuat apa-apa. Kemudian Dia berdialog seraya berfirman “Bukankan aku ini Tuhanmu?”, lalu aku dan setiap jabang bayi yang berada dalam kandungan mejawab “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”. kesanggupanku atas perjanjian itu mejnjadikan akau sebagai bagian dari orang-orang yang pemberari, karena ini  merupakan ujian fase awal eksistensiku di dunia yaitu dunia rahim untuk menuju dunia yang lebih kompleks dan penuh dengan penderitaan yaitu dunia fana.

I Was Born and Life
Aku sangat bersyukur dan sekaligus bangga dapat terlahir ke dunia yang fana ini, meskipun pada awal kelahirannku diiringi dengan jerit tangis yang melengking-lengking mungkin itu suatu ekspresi atau isyarat ketakutanku akan adanya berbagai penderitaan dan cobaan yang akan dihadapi.
Kemudian aku dirawat dan dibesarkan oleh kasih sayang seorang ibu sebagai manifestasi arohman dan arohimnya Allah Swt kepadaku. Dan akupun belajar, imitating atau meniru segala sesuatu yang ada disekitar ku hingga aku bisa bertutur kata dan berjalan.
Indahnya hidup mulai aku rasa ketika perutku kenyang hingga aku dapat tertawa layaknya bayi kebanyakan yang tidak memiliki beban, namun akupun mulai merasakan sedikit ketidak nyamanan ketika aku lapar atau sakit hingga aku harus menagis dan merasakan penderitaan itu.
Pahit dan manis mulai aku rasakan pada awal kehidupanku, akan tetapi ketika itu aku tetaplah anak kecil yang masih senang bermain, menghabiskan waktu bersama teman sebaya dengan sepak bola, berenang di sungai, mincing danlain sebagainya, dan aku tidak mau ambil pusing dengan apa yang akan terjadi denganku di hari esok.

Life and Infliction (hidup dan cobaan)
Masa kanak-kanak, masa bermain dan berleha-leha telah berlalu, sekarang aku telah dewasa dan mulai merasakan permasalahan hidup yang lebih kompleks karean hari ini aku hidup di era modern yaitu era globalisasi. Dimana budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran mulai meracuni lingkungan dan mengancam rusaknya generasi muda. Obat-obat terlarang, free sex, tauran dan lain sebagainya telah menjadi penyakit masyarakat yang hamper tiapminggunya menjadi topic di setiap media cetak ataupun media masa.
Itu semua adalah tantangan hidup yang harus aku lalui agar jangan sampai terjembab kedalam lembah hitam yang kapan saja bisa malahapku hingga terjerumus sedalam-dalanya. Dan mungkin tidak ada penangkal yang lebih ampuh untuk menghadapi era modern yang syarat akan kemaksiatan kecuali dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Namun aku sadar pasti dalam perjalanannya yaitu untuk mencapai keimanan dan ketaqwaan itu sangatlah sulit, karena syetan senantiasa membisiki aku untuk selalu berbuat kebalikan dari printah Allah. Mungkin ketika aku dalam keadaan kelaparan syetan membisikanku untuk mencuri atau korupsi, dan syetanpun akan membisikanku untuk berbuat zinah ketika dihadapkan denang wanita cantik yang bukan mahrom, dan  lain sebagainya.
Aku tau bahwa syurga Allah itu harganya mahal, dan tidak didapat dengan cara yang mudah, dan pederitaan berupa cobaan dalam beribadah adalah jalan yang harus dilewati untuk mendapatkan syurga-Nya. Sebagaimana firmannya “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”(Qs.Al-Baqarah;214)

Perenungan hidup
Pola pikirkupun sudah jauh berkembang hingga aku dapat menganalisa akan sesuatu yang kaitannya dengan kehidupanku sendiri bahkan orang-orang di sekitarku, terutama tentang era globalisasi ini, mungkin ini terjadi karena semakin intensnya permasalahan yang menghampiri.
Meskipun demikian sejaatinya aku adalah tidak lebih dari seekor binatang yang diberikan akal oleh Rabbul ‘alamin, sebagaimana hadits baginda Rasul, “alinsanu hayawanu natiq”, manusia adalah binatang yang berfikir. Itu artinya perbedaanku dengan binatang tipis sekali, keitka aku tidak menggunakan pikiran maka aku adalah hewan dan mungkin lebih rendah dari hewan itu sendiri.
Oleh karena itu aku mulai merenung, bahwa aku berasal dari suatu ketiadaan yang kemudian hadir di dunia karena-Nya, dengan memiliki bentuk fisik yang baik dibanding denga makhluk yang lain terlebih aku mempunyai akal. Dan apakah semuanya itu hanya digunakan untuk kesenangan semata dan akal hanya digunakan untuk menghindari pendertaan kehidupan dunia semata saja.
Namun Allah telah memberikan jawabanya jauh sekitar 1400 tahun yang lalu. Bahwa aku dan manusia yang lainnya diciptakan oleh Allah tidak lain untuk beribadah kepadanya dengan menjalannya perintah dan menjauhi segala larangannya.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking